Jumat, 23 Oktober 2009

Untuk yang Terbaik Saat Itu

Penulis : Meyla Farid

Apakah waktu yang tidak kurang dari satu tahun, perbedaan tujuan jangka pendek, dan jarak yang membentang itu adalah alasan keputusan bahwa kita memang harus menjadi seperti sekarang?

Bukankah sejak awal, kau tahu aku begitu. Sejak awal, aku punya mimpi-mimpi yang ingin kuwujudkan. Untuk saat ini, mimpi menikah hanya menjadi poin kesekian dari kumpulan mimpi-mimpiku. Bukankah kau kenal aku, bukan hanya dari bayangan isi kepala saja yang tertumpah di blogku seperti yang lain, tapi lebih dari itu kita memang pernah bertemu dan telah mengenal satu sama lain. Kupikir, itu cukup untuk membuatmu yakin.

Oh, kawan, kadang aku heran. Sekuat apa aku berpegang pada mimpi. Mimpi yang satu ini. Sekuat apa pegangan tanganku pada tali yang kau ulurkan, sedangkan kau berdiri di anak tangga ketiga dari tangga-tangga pelangi di depanku itu. Sedangkan aku masih berdiri di bawahnya.

Betapa selama ini kau menguatkan aku. Betapa kau bukakan pintu-pintu kemungkinan akan harapan. Betapa kau yakinkan aku, bahwa semuanya baik-baik saja dan aku dapat melewati seluruh episode dalam hidupku. Dan lebih jauh lagi, betapa kau cukup meyakinkan kalau kau mengerti akan diriku. Nyatanya tidak. Hanya sebuah angin sepoi-sepoi, sedikit ketidakyakinan, namun telah merobohkan kepercayaan yang susah payah kubangunkan untukmu. Mengapa?

Sebuah pertanyaan, yang sudah kutahu jawabannya. Dan aku sungguh-sungguh mengerti. Seperti yang kukatakan, perubahan antara kita adalah keniscayaan, namun sesungguhnya itu tidaklah perlu terjadi. Namun akan terjadi juga pada akhirnya kan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar